Sabtu, 19 Februari 2011

Namaku Puriding Ambar

Cerita ini dibuat 8 Bulan yang lalu, tapi aku belum sempat posting di blog ku :)


Di sebuah desa, ada sebuah keluarga sederhana yaitu Pak Gading, Bu Anpu dan seorang anak yang cerdas dan rajin, Puriding Ambar. Setiap hari Puri selalu saja ada prestasi sekolah di desanya itu, entah mendapat niilai paling bagus, siswa teladan, dan lainnya. Walau begitu, Puri tetap membantu ibu dan ayahnya dengan mencari rumput sesudah pulang sekolah. Ia sangat disenangi oleh teman-temannya karena ia adalah anak yang sangat baik dan ramah kepada siapapun.

Hingga suatu haripun, Puri dipanggil dan disuruh menghadap kepala sekolah, tak tau sbabnya. 'haduhh.. knp ya? aku takut nih', ujarnya. Dan ternyata, setelah setengah jam Puri di ruang kepsek, Puri mendapat beasiswa bersekolah di kota. Wah senangnya hati seorang Puriding Ambar ini. Ia pun segera pulang dan memberi tau ayah dan ibundanya. ''Ayah.. ibu!! Puri dapat beasiswa yah, bu. beasiswa bersekolah di kota ini! wah yah, mulai minggu depan kita berarti pindah ke kota dong yah, bu!", kata Puri dengan wajah senangnya. "wah anak ibu pinter banget ya! dapat beasiswa nih.. oke kita pindah besok deh puri!!", ujar ibu yang mendukung Puri.

seminggu kemudian

Hari ini adalah hari pertama Puri bersekolah di kota. Dengan tampang semangat Puri pun ke sekolah diantar ibunya dengan sepeda. Di perjalanan, Puri mengoceh saja, "bu, kalau aku sekolah di sana , pasti orangnya baik-baik bu! dan pasti..". dan ocehannya pun berhenti oleh sebuah bangunan kokoh yang baru pertama kali Puri lihat. "Bu, lihat bangunannya deh bu keren ya bu.. Apa sih itu bu? dan kenapa kita brhenti di sini?", kata Puri. "Ini sekolahmu, nak", ujar ibu. begitu mendengar kata-kata ibu, Puri langsung berlari ke dalam sekolah itu. Saking senangnya ia segera masuk ke salah satu kelas yang paling ia sukai. Tapi saat ia segera masuk ke kelas itu, ada seorang guru yang menghalangi Puri. Guru itu sepertinya tampak judes melihat Puri. Lalu guru itupun berjalan ke ruang guru. Saat Puri segera memasuki kelas itu, terdengar suara "hei, kamu takut ya dengan guru itu? guru itu memang paling galak dan judes di sekolah ini..Ya jelas, Bu Bellina gitu lho! Kamu anak baru yang pintar itu kan, sini ikut aku! aku sekelas denganmu..", ujar seorang gadis kecil dari belakang. Lalu Puri pun mengikutinya.

Setelah memasuki kelas..

"Anak-anak.. Kita mempunyai teman baru, namanya Puri. Ia dari desa dan ia mendapatkan beasiswa di sekolah ini. Pur, coba kamu kenalkan biodata lengkapmu agar mereka mengetahui!", jelas Bu guru yang kerap disapa bu Tita ini. "Teman-teman nama saya Puriding Ambar, kalian bisa..", Suara Puri pun terhenti oleh suara yg sepertinya mengejek Puri. " Haahh?? Namanya Puding? hahaha puding, puding, masa namanya Puding?? Jelek banget, ihh... hahahaha!! iya kan teman-teman?", teriak seorang anak lelaki yang gendut dan terlihat kesombongannya. Murid-murid lain pun ikut tertawa. "heii!!! Bimo, ga boleh gitu! dia itu teman kita, duduk Bimo! yasudah Puri kamu duduk di bangku yang kosong", Suruh Bu Tita. Dan ternyata bangku yang kosong itu bangku sebelah Bimo duduk. Puri pun duduk di sebelah Bimo dengan lugunya.

Pelajaran pertama pun dimulai. Pelajaran pertama saja, Bimo sudah membuat ulah yaitu tidur di kelas. Puri pun menasihatinya "eh.. maaf, bukannya aku mau ganggu, tapi kenapa kamu tidur di kelas? ga boleh kan di tata tertib..". Bimo pun mengabaikan dan malah mengecilkan Puri dengan suara kencang "hei! kamu tuh jangan sok tau! anak baru aja blagu.. udah ah.. ngantuk tau!!" Puri hanya terdiam tak bisa berbicara lagi. "yah.. kok orang-orang kota begini ya sama aku?", ucap Puri dalam hati. Puri pun melanjutkan soal di bukunya.

Pelajaran kedua adalah pelajaran menggambar yang diajarkan oleh Pak Tono. "anak-anak, sekarang waktunya pelajaran menggambar. Tema kali ini adalah makanan kesukaan. Jadi gambar makanan itu sambil membayangkannya!", jelas Pak Tono. "Pak, pasti si Puding itu gambar Puding deh. Sama kayak namanya. hahahaaha!", teriak Bimo dengan kencangnya. "huss.. Bimo gak boleh begitu, dia ini kan anak baru ga boleh dihina-hina!", Ucap Pak Tono. Bimo pun duduk dengan tawaan yang selalu menertawai nama seorang Puriding Ambar. Saat Puri sedang asyik menggambar, "hei! kok kamu gambar pecel sih? kampungan banget! udah namanya Puriding, makanannya kampungan, beuhh.. betapa kampungnya, apalagi nama PUDING itu. hahahaha! jelek sekali", oceh Bimo. Puri pun hanya diam tanpa kata. Dan Bimo mengoceh lagi, "eh.. harusnya kamu tuh gambar Puding. Sesuai dengan namamu, PUDING. tapi pudingnya yang kampungan, ga boleh puding hotel. Dasar Puding yang jelek dan kampungan! hahahaha!". "sabar, sabar..", ucap Puri dalam hati.

"kriiiiing..!!!!!!" bel istirahatpun berbunyi. Murid-murid kelas Puri pun berlarian keluar kelas ingin istirahat. Puri pun mengikuti murid-murid lainnya. Saat Puri ke kantin, Bimo pun beraksi ingin mencoret-coret gambar bagus Puri. Bimo mencoret-coret gambar Puri dan membuat gambar Puding di kertas Puri. Istirahat selesai. Puri terkejut melihat gambar pecelnya itu menjadi gambar coret-coretan dan berbentuk puding. "Anak-anak kumpulkan gambarnya!!" terdengar suara Pak Tono menyuruh anak-anaknya mengumpulkan gambar. Puri pun pani dan "Pak Tono!! lihat deh.. tuh si Puding gambar puding kan pak? kampungan lagi pudingnya, gambarnya jelek. ihhh... ga banget deh, dasar PUDING!!", ejek Bimo. Lalu Pak Tono datang, "Puri apa benar yang dibiilang Bimo? kamu menggambar puding?", tanya Pak Tono. Puri pun lari sambil menangis, tidak tahan diejek selalu oleh Bimo.

setelah sampai rumah

"Puri kenapa pulangnya cepat sekali?", tanya ibu. "engga, bu.. Gurunya rapat.", jawab Puri dengan berbohong. "oh..ya sudah.", ucap ibu. "ehh... bu,..ga jadi deh..", ucap Puri sedikit gugup. "knp, pur?",tanya ibu. "Gini bu, ga jadi deh..", ucap Puri. Ibu pun membiarkan Puri berkata apa saja.

"Kukuruyuuk.. yuuk, yuuk..", terdengar suara ayam berkokok yang menandakan hari sudah pagi. Puri pun dibangunkan oleh ibunya karena ia tidak bangun2. Puri pun bangun dan menceritakan semuanya. "bu, kenapa namaku harus Puriding Ambar sih bu? aku malu bu punya nama seperti itu.. Aku selalu diejek dan diberi inisial si Puding. Apalagi Bimo, sebelahku. Baru aku sehari disana udah diejek-ejek bu! Aku males bu", protes Puri. "eh.. Puri gak boleh gitu, biarin aja si Bimo ngejek kamu.Kan nama itu ada artinya, Puriding Ambar. Pu dari kata anPU, nama ibu. Ri dari kata Republik Indonesia yang berarti ibu ingin kamu mengharumkan nama Republik Indonesia, Ding dari kata gaDING, nama ayahmu. Dan Ambar dari nama keluarga kita.. Bukannya bagus nama itu? sudah.. kalau kau tak mau sekolah hari ini tak apa. Ada teman ayah yang datang tuh.. Ayo ke ruang tamu", ujar ibu.

"Puri, kenalkan ini teman ayah SMA dulu. Dia itu seniman terkenal lho! namanya om Ribut..", ajak ayah. "yah, apa benar namanya om Ribut? aneh banget namanya?", bisik Puri. "ssttt... tapi kan dia seniman terkenal, Puri..", bisik ayah. "om apa benar nama om adalah om Ribut? om malu gak punya nama seperti itu?", tanya Puri. "Engga lah! nama itu kan punya arti. Om sangat bangga mempunyai nama Ribut.. bangga sekali!! namamu siapa nak?, ujar Om Ribut. "Namaku Puriding Ambar. Jelek ga sih namaku? aku sering diejek sama temen soalnya..", jawab Puri. "Wah nama yang cantik. Temanmu yang mengejek itu hanya iri padamu. Biarkan saja dia! dan buat ejekan itu menjadi pacuan untuk tetap tegar dan semangat. Oke, Puri", Kata Om Ribut yang sedang menyemangati Puri. "Oke om. Tos dong!", ujar Puri dengan tangan tos dengan Om Ribut.

esok harinya,,,....

"eh si Puding dateng. Ngapain dateng ke sini? harusnya ke restoran sana sama agar-agar!", ejek Bimo saat Puri menuju ke kelas. Puri pun langsung berdiri di depan kelas dengan ucapan "AKU ADALAH MURID YANG GAK WAJIB DIEJEK-EJEK. APA SALAHKU BILA AKU BERNAMA PURIDING AMBAR. NAMA ITU PUNYA ARTI, JADI YANG BERANI NGEJEK NAMAKU, BERARTI BERURUSAN DENGANKU. SEKALI LAGI, NAMAKU PURIDING AMBAR!!!".. Puri pun ditepuk tangani oleh semuanya termasuk Bimo. Mulai sat itu, tidak ada yang berani mengejek namanya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar